SPIRIT SOLIDARITAS AGAMA DAN PERJUANGAN RUANG HIDUP KEMANUSIAAN

Maka dengan melihat segala kemungkaran-kemungkaran itu, penulis merasa kita sebagai umat maupun anak bangsa belum sepenuhnya pantas dan layak dalam semangat meneriakkan jargon-jargon “Merdeka!”, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Apabila perbuatan-perbuatan dzolim dan tercela itu, yang kemudian sikap apatis dan pura-pura tidak tahu, lebih mendominasi cara hidup dan iklim berbangsa kita yang katanya cinta NKRI.
Tidak terkecuali bagi ormas-ormas yang mengaku paling agamis dan nasionalis sekalipun, karena nyatanya, mereka masih saja belum bisa bergerak secara adil (bergerak dengan hati) atau bergerak secara massif dalam kerja-kerja sosial-ekologis tersebut. Kendatipun tidak mudah dalam mengorganisir secara luas, minimal kita telah berupaya untuk memaksimalkan kemampuan diri dan organisasi masing-masing.
Sembari menutup tulisan sederhana ini, seruan solidaritas: ajakan pembelaan hingga keberpihakan kita terhadap siapa saja (lintas iman) yang terdzolimi (tertindas), semoga benar-benar nyata dan menjadi letupan-letupan kecil amar ma’ruf nahi mungkar yang progresif-kolektif. Sebagaimana pula ghiroh atau semangat Nabi Muhammad SAW dalam melawan penguasa lalim kala itu, pejuang kemerdekaan Indonesia melawan kolonialisme dan imperialisme, maupun kitab suci yang kita imani ini -secara teks- telah atau bahkan sangat menganjurkan, menyeru dan mewajibkan agar kita bersama-sama (bersolidaritas) agar tidak diam melawan ketidakadilan dan kemunafikan. Justru “api keberimanan” kita saat ini diuji dengan hal-hal demikian, agar kita semua mengetahui dan memahami, sejauh mana kita bertaqwa kepada Allah, serta telah berupaya dalam rangka perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT, untuk menjadi manusia, yang memanusiakan manusia (bersolidaritas)
*Sekretaris Komite Nasional Kader Hijau Muhammadiyah dan Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya