Opini

DESIGN EKOLOGIS DALAM MEMBANGUN GERAKAN LINGKUNGAN

Segala bentuk gerakan-gerakan alternatif mengenai lingkungan, tidak dibenarkan ketika diartikan sebagai penghambat laju ekonomi. Disini kita harus memahami bahwa mencintai lingkungan adalah kewajiban kita sebagai manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan, agar tercipta keseimbangan di dalam ekosistem.

Banyak bermunculan gerakan-gerakan lingkungan yang menolak adanya industrialisasi karena berdampak negatif. Salah satu contoh hutan lindung tumpang pitu yang kini menjadi industrialisasi pertambangan. Ekologi yang ada disana terancam hancur, dan hilangnya keseimbangan ekosistem. Gunung tumpang pitu menjadi tameng alam ketika Tsunami meluluhlantakkan wilayah pesisir selatan banyuwangi pada tahun 1994. Namun apa jadinya jika benteng alam tersebut di eksploitasi, kita tidak mampu memprediksi kapan akan terjadi bencana. Di kawasan pegunungan Kendeng pun seperti itu, masyarakat menolak adanya industrialisasi pertambangan. Ini menjadi landasan untuk kita sebagai aktivis lingkungan harus mencari solusi agar industrialisasi di wilayah Indonesia tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

DidalamDidalam filsafat lingkungan di jelaskan mengenai antroposentrisme, ekosentrisme, biosentrisme.

 Antroposentrisme merupakan etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Didalam antroposentrisme, etika, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia paling tinggi dan paling penting diantara mahluk hidup lainnya. Ekosentrisme merupakan suatu paradigma yang lebih jauh jangkauannya. Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Secara ekologis, mahkluk hidup dan benda-benda abiotis lainnya saling terkait satu sam alain. Oleh karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada mahkluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Sedangkan biosentrisme merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral, setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun bukan manusia atau mahkluk lain, sama-sama mempunyai nilai moral.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Kader Hijau Muhammadiyah

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button