Opini

Fiksi, Bumi dan Pandemi

Dalam kasus covid-19 di Indonesia, kita tiba-tiba melihat bagaimana negara tidak bisa memenuhi kebutuhan peralatan medis, lambat dalam menyediakan fasilitas kesehatan bagi pasien-pasien yang jumlahnya semakin membludak. Kita menyaksikan bagaimana negara terkadang tidak bisa menghadapi para penimbun masker dan hand-sanitizer, para spekulan harga, dan aparat pemerintah yang tak mengikuti protokol yang ada. Negara maha bisa adalah fiksi.

Sumber kelelahan kita bukan hanya fiksi kita tentang negara, tetapi juga fiksi kita tentang agama. Agama yang kita bayangkan adalah sesuatu yang rigid dan tetap dalam situasi apapun, ternyata memperlihatkan fleksibiltasnya. Salat jumat (yang konon bisa membuat kufur jika meninggalkannya beberapa kali) tiba-tiba ditiadakan dan digantikan dengan salat zuhur. Redaksi azan pun berubah. Begitu pula dengan ritual ibadah di gereja dan pura, terjeda rutinitasnya. Fiksi kita bahwa “agama hanya berurusan dengan dunia setelah kematian” ternyata tak bisa lepas dari dinamika dunia saat ini. Bahwa “agama kedap akan konteks” ternyata “tidak bisa terlepas dari konteks”. Kita kaget dan lelah melihat fleksibilitas ini.

Tapi mungkin, jika situasi darurat berlalu, fiksi kita tentang negara dan agama akan kembali seperti semula. Kita kembali menuntut negara agar bisa “segalanya, dan kita pun akan ngotot soal pegangan teologis kita masing-masing yang kaku. Tapi ini bukan berarti fiksi adalah hal yang buruk. Fiksi membuat manusia dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya jauh lebih efektif ketimbang spesies lain. Fiksi bahkan dapat membangun komunitas sosial yang jumlahnya ribuan hingga milyaran individu, berbeda dengan spesies Babon dan Gorila (yang secara genetik mirip dengan manusia) yang hanya bisa membuat kelompok maksimal 150 individu.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Kader Hijau Muhammadiyah

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button