Opini

MENCINTAI ALAM : MENCINTAI MANUSIA DAN TUHAN

Oleh : Wahjiansah*

Disekitar kehidupan kita, trend hijrah cukup popular. Semua kalangan ikut berpartisipasi didalamnya, baik orang dewasa, remaja bahkan orang tua. Hal ini karena dipengaruhi oleh munculnya berbagai varian baru dalam berbusana. Tak bisa dipungkiri lagi, entah partisipasi hijrah mereka karena kesadaran atau mengikuti perkembangan jaman dan mayoritas itu tak menjadi soal. Ditengah suasana seperti, semua orang pun menjadi ramai berbicara tentang style. Namun satu hal mereka lupakan, yakni setelah semua bahan pakaian yang mereka kenakan kusam dan tak layak pakai kemana akan mereka simpan. Mungkinkah mereka membawa tumpukan pakaian tersebut ke tempat penampungan sampah untuk didaur ulang, dan cukup bersyukur apabila didonasikan pada mereka yang membutuhkan.

Pada sisi lain, tingkat ekonomi yang sekarang lumayan naik membuat setiap orang punya rasa untuk memiliki. Tidak heran tak lagi ditemui lahan kosong disekitar kita. Dari yang dulunya lahan luas, persawahan dan sebagainya kini menjelma gedung tinggi menjulang, tempat hiburan, alfamart, indomaret dan bangunan lainya. Bangunan yang berhimpitan tentu menjadi sebuah masalah tersendiri. Pun disetiap rumah-rumah sekarang ini mempunyai kendaraan pribadi masing-masing, gang-gang kecil menjadilah macet nan terganggu karena sempitnya akses transportasi.

Selain pada persoalan tingkat lokal, permasalahan global yang perlu ditanggapi serius adalah penggunaan sumber daya secara besar-besaran oleh para pemuja ekonomi. Mirisnya sumber daya tersebut berasal dari hutan, seperi kayu, rotan dan lainya. Apabila kekayaan hutan dimanfaatkan secara besar dibarengi dengan pengrusakan ekosistem tanpa ada sedikitpun upaya untuk melindungi, maka sudah sewajarnya alam marah pada sifat kebengisan seperti ini. Realitas ini cukup memprihatinkan. Alam yang menjadi gantungan hidup, apabila telah rusak sama saja dengan perlahan  membunuh diri sendiri. Juga menyimpangi tugas mulia manusia sebagai makhluk yang diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk merawat alam. Makna khalifah adalah sebagai pengatur, pengelola dan perawat. Sebab makna kata tersebut tidak bolah hanya berhenti pada pemaknaan pemimpin saja. Ruang lingkup yang cukup luan menjadi sau hal yang unik perlu diperhatikan oleh manusia sebagai khalifah dimuka bumi.

Kerusakan ekosistem sungguh sangat memprihatinkan. Seharusnya penangananya juga harus dengan aktivitas sosial agar mampu membangun kesadaran utuh masyarakat.  Membangun pemahaman akan kepedulian pada lingkungan tidak boleh sifatnya sekali jalan, namun harus terus berlanjut serta didampingi secara berkala. Bagaimanapun juga lingkungan dan tempat tinggal yang sehat akan mempengaruhi keberlanjutan hidup kita sebagai manusia. Semakin alam tidak dirawat, bencana akan lebih dekat.

1 2 3 4Laman berikutnya

Kader Hijau Muhammadiyah

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button