Belajar dari Sammy (Memperingati Hari Laut Sedunia)
Oleh Ananul Nahari Hayunah*
Bosan, suntuk, gabut, stress, atau apalah namanya itu menyerangku selama pandemic yang berlangsung lebih dari 3 bulan ini. Siapa si yang terkurung dirumah, hanya kuliah online yang semakin tak jelas maksudnya tidak merasa bosan. Karena tidak bisa mudik, aku terkurung di gedung 3 lantai di pinggiran Ibu Kota yang digadang gadang mau pindah ini.
Tugas kuliah bejibun dikejar deadline menambah suntuk otakku. Disela-sela mengerjakan tugas itu, aku membuka YouTube mencari hiburan untuk mengusir bosan ini. Mencari tontonan yang bisa ditonton. Aku scroll beranda platform ini. Tidak ada yang menarik.
Aku ketik di kolom telusur, kuketik family movie. Yaa menonton film animasi tiba tiba muncul dikepalaku. Aku scroll hasil penelusuran, lalu ketumkan film “A Turtle’s Tale: Sammy’s Adventure”. Terlihat menarik dan aku meng-klik film itu.
Film Keluarga: “A Turtle’s Tale: Sammy’s Adventure”
Film ini menceritakan perjalanan hidup seekor penyu hijau bernama Sammy. Diawal videonya ia menceritakan bahwa ia lahir 50 tahun yang lalu dan ia akan menjadi seorang kakek. Sammy menceritakan perjalanan hidupnya dan pertemuannya dengan manusia.
Sammy lahir disebuah pantai terpencil yang sangat sepi. Tidak ada siapa siapa kecuali penyu penyu yang baru menetas dan burung burung camar berterbangan diatasnya yang akan memangsa penyu penyu kecil itu. Termasuk Sammy diantaranya. Sammy tertangkap burung camar sama seperti penyu kecil lain yang tidak cepat masuk kelautan. Begitulah siklus alam yang berlaku. Yang lemah dimangsa yang kuat. Yang lemah akan kalah, habis dimangsa yang kuat, tanpa pandang bulu, seperti oligarki dan korporasi yang didukung pemerintah dengan UU Minerba nya, eh. Lanjut ke Sammy dulu.
Kereen. Bagus. Artikel yg sangat bermakna.