Mencari Ekologi Pembebasan di Muhammadiyah
Saya melihat, radikalisasi pembebasan ekologi atau ekologi pembebasan ini punya masa depan yang serius di kalangan Muhammadiyah. Walau tantangan memang menjadi semakin berat berhadapan dengan rezim esktraktif yang represif hari ini. Bukan hanya itu, tantangan dari dalam juga semakin menguat akibat system ekonomi pasar kapitalistik yang menjebak beragam entitas untuk jatuh pada pemahaman bahwa ekspoitasi alam sebagai normalitas dan korban-korban akibat salah kelola sumber daya alam sebagai eksternalitas yang diwajar-wajarkan. Ini tantangan bagi banyak orang di negeri ini, bukan hanya warga Muhammadiyah. Ekonomi yang panic cenderung cari jalan pintas. Jalan gampang dan lempeng adalah ekonomi yang mengandalkan ekstraksi kepada bumi dan isinya.
Saya sangat terharu dan bangga untuk kesadaran kaum muda. Pekan lalu saya juga mendapat kiriman WA dari mahasiswa saya di NTT, ia adalah alumni Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang merasa marah dan prihatin atas sikap aktifis Muhammadiyah yang dengan begitu cepatnya memberikan dukungan kepada beroperasinya pabrik semen di Luwuk, Manggarai Timur, NTT. Menurutnya aktifis pemuda Muhammadiyah tersebut belum melakukan kajian dan melibatkan anak muda lainnya untuk menyampaikan sikapnya. Saya kira ini jelas tantangan dan bisa menjadi politis—pengusaha akan mencari legitimasi dari organisasi keislaman untuk melancarkan usaha merusak bumi. Bagi saya, ini tantangan aktual bagi kesadaran ekologi pembebasan yang sedang mekar di Muhammadiyah. Tantangan dari dalam sekaligus dari interaksi rezim pasar kapitalistik. Apakah kita akan bersungguh membangun iman kita lebih hijau? Lebih membela lingkungan ketimbang membela pemodal-kapiatalistik?
Kita semua sedang mencari cara membela lingkungan dengan beragam cara termasuk dengan jalan teologis. Saya juga sedang membela bahwa Muhammadiyah punya dimenasi gerakan pembelaan terhadap lingkungan hidup sebagai praktik teologi pasca 100 tahun sebagai kesadaran autentik akan tangggungjawab ekologi bagi kaum beriman. Walaupun ekologi pembebasan sudah ketemu di Muhammadiyah, itu sama sekali belum cukup untuk mengatakan sebuah itikad baik akan teologi hijau di Muhammadiyah. Insyallah Tuhan bersama hamba-hamba yang selalu membela kelestarian bumi dan segala apa-apa yang ada di dalamnya. Wallahu alam bishowab.