Oleh: Iman Permadi*
“Melestarikan lingkungan ialah wujud dari keimanan seseorang. Karena Laa ila Ha Illallah itu bukan sesuatu yang pasif dan deklaratif (sekadar simbol pengakuan semata), namun menuntut konsekuensi (tanggung jawab).”
Selaku narasumber dalam Tadarus 40 hadits hijau sesi pertama bertajuk “Air,” Ahmad Nashih Luthfi, dosen Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional (STPN) Yogyakarta meletakkan fondasi pemahaman di atas untuk menjadi kemudi atas perilaku Muslim dalam memuliakan sumber daya alam, dalam hal ini, air di kehidupan sehari-hari. Topik ini mewarnai diskusi bersama 40 peserta lainnya dalam rangkaian kegiatan “Ramadhan Series,” diselenggarakan oleh Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), berlangsung pada hari Kamis 7 April 2022 pukul 20.10 hingga 21.40 WIB.
Luthfi, yang juga sekaligus sebagai penerjemah buku tersebut, menekankan tentang prinsip dan etika pengelolaan air dari perspektif Islam melalui buku “Himpunan 40 Hadits Hijau: Tuntunan Nabi Muhammad tentang keadilan dalam kelestarian lingkungan.” Meski masih berupa buku elektronik (e-book), buku ini berencana akan dicetak oleh Lembaga Lingkungan Hidup (LLH) Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pada dasarnya, buku ini merupakan kumpulan dari 40 Hadits hijau yang dihimpun oleh Kori Majeed and Saarah Yasmin Latif (dua perempuan yang menerima Fellowship dari Greenfaith di tahun 2018). Rangkuman ‘hadits hijau’ dalam buku ini, di antaranya, berisi: 4 hadits yang mengulas tentang air, 5 hadits mengenai Bumi, 4 hadits terkait tanaman, 10 hadits menceritakan tentang hewan, dan 17 hadits yang memberi panduan gaya hidup ramah lingkungan.
Hikmah dan Koneksi antara Air dengan Manusia
Allah SWT. menciptakan air, yang merupakan bagian dari Bumi, bukanlah tanpa tujuan. Luthfi mengutip penggalan Surat Shad: 27