Untuk Apa Memperingati Hari Bumi, Jika nanti Kiamat akan Terjadi?
Oleh: Iman Permadi*
Langgam pertanyaan yang senada dan sekaligus menjadi jawaban dari judul di atas ialah: Lantas, untuk apa kita makan, jika kita tahu bahwa setiap yang bernyawa kapan saja bisa mati?
Dalam dinamika sejarah pemikiran manusia, perdebatan semacam itu bukanlah hal yang baru. Kelompok Jabariyah adalah salah satu yang tercatat dalam mewakili pandangan ini. Mereka percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tak bisa diubah karena telah berada di atas garis ketetapan Allah (statis). Sehingga manusia tak perlu mengintervensi rencana yang telah dibuat olehNya. Artinya, manusia tak punya peluang untuk memperbaiki kualitas kehidupannya sendiri (fatalisme).
Argumen utama dalam tulisan ini berada di seberang logika Jabariyah tersebut. Kita boleh saja menyakini bahwa tak sehelai daun jatuh-pun yang luput dari kuasaNya (takdir). Tapi, apakah setiap pohon yang ditebang oleh sekelompok manusia secara besar-besaran juga atas kuasaNya? Apakah penyedotan cairan perut Bumi dan pengerukan ikan-ikan serta biota laut lainnya oleh gerombolan industri secara besar-besaran juga atas kuasaNya? Bagaimapaun, hari kiamat adalah kuasa Allah. Sedangkan memiliki gaya hidup overkonsumtif, eksploitatif atau melakukan beragam aksi ekologis melalui, salah satunya, peringatan hari Bumi adalah kuasa manusia.