Opini

Apakah sulit memahami alam dan perempuan ?

Apakah begitu sulit untuk memahami sehingga kita baru menyadari ketika kerusakan yang kita buat sudah begitu fatal ? Namun jika memang sulit untuk memahami perempuan bagaimana mungkin pernikahan Adipati Edinburgh aka Pangeran Philip dengan Ratu Elizabeth bisa bertahan sampai ajal menjemput ? Begitu pula dengan alam, jika sulit untuk dipahami bagaimana mungkin masyarakat adat bisa bertahan begitu lama hidup berdampingan dengan alam sampai memperjuangkan tanah mereka yang akan direbut secara paksa ? Ini berarti kesulitan belum tentu benar, mungkin kita sebagai manusia tidak pernah mencoba untuk saling memahami alam atau manusia lain karena kita terus meminta untuk dipahami dan diberi. Sebaliknya Adipati Edinburgh dan masyarakat adat terhadap kekasih mereka, Ratu Elizabeth dan alam tentunya saling memahami agar tercapai harmoni dalam kehidupan masing – masing.

Memahami memang bukan hal mudah tapi terus mencoba untuk memahami akan berdampak baik bagi kehidupan. Untuk dapat memahami alam dan perempuan kita harus memandang bahwa mereka sama seperti kita yang juga ingin dipahami. Selain itu, kita perlu memfungsikan indrawi secara maksimal mulai dari telinga yang mendengar, mata yang melihat simbol, mulut yang tahu kapan diperlukan sampai pada perasaan yang dapat menangkap & memaknai simbol secara tersirat. Semua hal tersebut diharapkan mengarah pada komunikasi dengan cara yang tepat. Dalam arti dapat memposisikan perempuan maupun alam sebagai subjek yang setara, memiliki kesempatan sama untuk menyampaikan rasa dan pikiran sekaligus bisa merasakan dan memberi timbal balik atas perilaku kita. Lalu mengapa dengan cara yang tepat ? Bayangkan saja bila kita berkomunikasi dengan kemarahan, kesombongan atau perilaku negatif pasti kita akan menempatkan lawan komunikasi kita hanya sebagai objek atas perilaku negatif tersebut. Bukannya malah memahami mereka sebagai makhluk yang bisa berkomunikasi, kita hanya akan menjadi penindas bagi alam dan perempuan yang menimbulkan penderitaan tak berkesudahan.

Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa dan ekspresi, baik laki – laki maupun perempuan semuanya sama. Hanya saja yang membedakan adalah struktur otak dan cara masyarakat membentuk laki – laki & perempuan sehingga dalam berkomunikasi keduanya memiliki kecenderungan cara yang berbeda. Brizendine dalam bukunya mengatakan struktur otak perempuan secara khusus terprogram dengan kemampuan verbal yang tangkas, kemampuan membaca wajah dan nada suara yang nyaris seperti cenayang, kemampuan untuk mengenali emosi dan keadaan pikiran, serta kemampuan untuk meredakan konflik. Bakat yang tidak dimiliki oleh laki – laki sehingga mereka memiliki kesulitan untuk memahami perempuan adalah hal wajar tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pengasuhan yang memang tidak mengajarkan laki – laki untuk mengembangkan kemampuan verbal, emosi dan memaknai ekspresi. Dampaknya pada laki – laki justru kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya sehingga ketika terjadi konflik cenderung melakukan perilaku agresif seperti memukul, berteriak atau menendang untuk menyelesaikan.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Kader Hijau Muhammadiyah

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button