Mentadaburi Air dan Tanah melalui Surat Al An’am Ayat 99
Dalam tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menerangkan bahwa, “air memegang peranan penting menumbuhkan berbagai tumbuh-tumbuhan, mulai dari rumput hingga beringin. Tanaman yang menghijau, adalah pohon-pohon yang banyak menghasilkan buah dan biji-bijian. Selain itu, kehijauan adalah Simbol kesuburan. Di antara buah dan biji-bijian itu, Allah SWT menyuruh memperhatikan kurma yang merupakan makanan penting bagi orang arab. Kemudian terdapat pula kebun-kebun, yang di dalamnya melimpah akan anggur, zaitun dan delima.”
Dalam hal ini, Buya Hamka mengkontekstualisasikan kurma, anggur maupun delima dengan buah-buahan yang umumnya kita temui di Indonesia, semisal: pisang ambon, pisang raja serai, pisang raja tenalun, pisang jarum, pisang lidi, pisang tembatu dan sebagainya. Pada ujung ayat, kita diperintahkan untuk memperhatikan dengan saksama, niscaya akan timbul iman dalam hati.
Tanah sebagai sumber kehidupan
Dengan khas Melayunya, Buya Hamka hendak menerangkan bahwa ada keteguhan iman saat terjalinnya hubungan batin antara manusia dengan alam sebagai ciptaan Tuhan. Sejalan dengan tafsir Al-Azhar, tanah memiliki keterkaitan secara natural dan legal dengan manusia.
Namun, di atanra keduanya, manakah yang lebih utama? Penulis lebih memilih keterkaitan yang pertama. Sebab, keterkaitan legal datang belakangan setelah terbentuknya komunitas sosial.
Dalam prinsip hukum, kita mengenal adagium Ubi Societas Ibi ius yang berarti di mana ada masyarakat di situ ada hukum. Itulah ungkapan yang selalu didengar apabila berbicara masalah hukum.