Opini

Apakah sulit memahami alam dan perempuan ?

Sumber Gambar:https://twitter.com/Barbara____ANT/status/1236643220693622784/photo/1

Konon katanya perempuan sulit untuk dipahami oleh laki – laki karena perempuan menyampaikan keinginan atau pikirannya dianggap menggunakan semacam kode – kode tertentu yang tidak mudah ditafsirkan. Bukan tidak mungkin alasan ini juga kepada alam mengingat alam memiliki kemiripan dengan perempuan yang menggunakan kode atau pertanda tertentu untuk menyampaikan perasaannya. Terlebih lagi alam memiliki sifat pasif, hidup namun tak nampak hidup dan bisa merasakan namun dianggap tidak berakal & tidak merasa seperti manusia. Hal tersebut pada akhirnya dianggap sebagai kesulitan tersendiri untuk memahami perempuan dan alam yang tidak jarang membuat sebagian orang mengabaikan lalu berakibat pada eksploitasi dan penindasan secara tidak disadari.

Kesulitan memahami ini diperkuat dengan sistem hierarki yang terbentuk di masyarakat yang melahirkan dominasi oleh kelompok tertentu. Dominasi ini menimbulkan kerusakan dan kerugian yang begitu parah bagi alam dan perempuan. Mereka dijadikan objek untuk memenuhi kerakusan manusia yang berkedok upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Dampak yang ditimbulkan saling berkaitan antara alam dan perempuan. Seperti rencana penambangan batu andesit di desa wadas jika dilakukan alam maka akan berdampak pada perubahan iklim, terjadinya bencana alam tidak bisa dihindarkan serta hilangnya sumber penghidupan bagi berbagai makhluk yang menjadi bagian ekosistem. Dampak lainnya juga dialami perempuan wadas atau bisa orang menyebut wadon wadas dari berbagai sektor seperti perekonomian yang mana adanya ancaman kehilangan mata pencarian para perempuan yang bertumpu pada penggunaan bahan – bahan alam sebagai bahan baku. Atau dari sektor rumah tangga yang terancam kehilangan sumber mata air sebagai pengisi kebutuhan mandi, masak, mencuci dan penopang ketika musim kemarau. Kesulitan untuk memahami kondisi serta dampak terhadap kehidupan di masa depan, pengambilan sumber daya alam secara paksa justru banyak merugikan bukannya memberi manfaat bagi kehidupan disekitarnya.

Apakah begitu sulit untuk memahami sehingga kita baru menyadari ketika kerusakan yang kita buat sudah begitu fatal ? Namun jika memang sulit untuk memahami perempuan bagaimana mungkin pernikahan Adipati Edinburgh aka Pangeran Philip dengan Ratu Elizabeth bisa bertahan sampai ajal menjemput ? Begitu pula dengan alam, jika sulit untuk dipahami bagaimana mungkin masyarakat adat bisa bertahan begitu lama hidup berdampingan dengan alam sampai memperjuangkan tanah mereka yang akan direbut secara paksa ? Ini berarti kesulitan belum tentu benar, mungkin kita sebagai manusia tidak pernah mencoba untuk saling memahami alam atau manusia lain karena kita terus meminta untuk dipahami dan diberi. Sebaliknya Adipati Edinburgh dan masyarakat adat terhadap kekasih mereka, Ratu Elizabeth dan alam tentunya saling memahami agar tercapai harmoni dalam kehidupan masing – masing.

Memahami memang bukan hal mudah tapi terus mencoba untuk memahami akan berdampak baik bagi kehidupan. Untuk dapat memahami alam dan perempuan kita harus memandang bahwa mereka sama seperti kita yang juga ingin dipahami. Selain itu, kita perlu memfungsikan indrawi secara maksimal mulai dari telinga yang mendengar, mata yang melihat simbol, mulut yang tahu kapan diperlukan sampai pada perasaan yang dapat menangkap & memaknai simbol secara tersirat. Semua hal tersebut diharapkan mengarah pada komunikasi dengan cara yang tepat. Dalam arti dapat memposisikan perempuan maupun alam sebagai subjek yang setara, memiliki kesempatan sama untuk menyampaikan rasa dan pikiran sekaligus bisa merasakan dan memberi timbal balik atas perilaku kita. Lalu mengapa dengan cara yang tepat ? Bayangkan saja bila kita berkomunikasi dengan kemarahan, kesombongan atau perilaku negatif pasti kita akan menempatkan lawan komunikasi kita hanya sebagai objek atas perilaku negatif tersebut. Bukannya malah memahami mereka sebagai makhluk yang bisa berkomunikasi, kita hanya akan menjadi penindas bagi alam dan perempuan yang menimbulkan penderitaan tak berkesudahan.

Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa dan ekspresi, baik laki – laki maupun perempuan semuanya sama. Hanya saja yang membedakan adalah struktur otak dan cara masyarakat membentuk laki – laki & perempuan sehingga dalam berkomunikasi keduanya memiliki kecenderungan cara yang berbeda. Brizendine dalam bukunya mengatakan struktur otak perempuan secara khusus terprogram dengan kemampuan verbal yang tangkas, kemampuan membaca wajah dan nada suara yang nyaris seperti cenayang, kemampuan untuk mengenali emosi dan keadaan pikiran, serta kemampuan untuk meredakan konflik. Bakat yang tidak dimiliki oleh laki – laki sehingga mereka memiliki kesulitan untuk memahami perempuan adalah hal wajar tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hal ini diperkuat oleh pengasuhan yang memang tidak mengajarkan laki – laki untuk mengembangkan kemampuan verbal, emosi dan memaknai ekspresi. Dampaknya pada laki – laki justru kesulitan untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya sehingga ketika terjadi konflik cenderung melakukan perilaku agresif seperti memukul, berteriak atau menendang untuk menyelesaikan.

Jika perempuan berkomunikasi melalui bahasa dan ekspresi yang seharusnya bisa ditangkap secara langsung oleh manusia lain maka hal yang sama juga dilakukan oleh alam. Alam berkomunikasi melalui simbol – simbol atau pertanda tertentu seperti gerakan angin, hujan atau yang lebih ekstrim berupa bencana alam. Maka pertanda semacam itulah yang seharusnya dapat ditangkap dan dimaknai oleh manusia sebagai kata – kata atau ekspresi yang menunjukkan bagaimana kondisi dan keinginan alam. Namun tidak hanya menangkap simbol yang diberikan alam tetapi manusia juga harus bisa menyampaikan setiap pikiran dan tindakan yang akan dilakukan kepada alam karena pasti alam juga memahami setiap perlakuan kita, manusia kepadanya.

Hal serupa juga disampaikan secara tidak langsung oleh kakek penulis saat bercerita pohon kelapa di rumah tidak berbuah seperti di rumah kakek. Bukannya menyuruh penulis untuk memupuk dan menyiram dengan rajin justru kakek meminta penulis mengobrol dengan pohon kelapa itu, memintanya tumbuh dengan baik agar bisa bermanfaat bagi banyak orang. Atau ketika banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia yang jika kita makna lebih dalam sebenarnya itu sebagai pertanda dari alam agar manusia berhenti menebang hutan, membuang sampah sembarangan dan membangun tanpa berfikir panjang. Daya tampung air hilang dan aliran air tidak berjalan dengan baik maka banjir pun tidak bisa dihindari. Banyak inovasi – inovasi untuk menanggulangi tetapi perilaku manusia tidak banyak berubah, jadi bagaimana mungkin alam juga ikut menunjukkan perubahannya jika manusia masih sama saja ??.

Dari pengalaman – pengalaman tersebut kita bisa lihat praktik manusia berkomunikasi dengan alam begitupun sebaliknya praktik alam berkomunikasi dengan manusia. Adanya komunikasi manusia dan alam nantinya akan mengurangi perilaku tidak tahu diri manusia untuk terus mengeksploitasi sumber daya alam. Manusia menjadi lebih mawas diri sebelum bertindak secara berlebihan ada alam karena sudah memahami terlebih dahulu bagaimana kondisi alam dan seberapa kuat kemampuan alam untuk terus tersedia bagi manusia. Selain itu alam juga akan memberikan yang terbaik bagi penghidupan seluruh makhluk yang ada di bumi ini.

Jadi seharusnya memahami alam dan perempuan tidak akan pernah sulit bukan bila kita mampu menangkap dan memaknai simbol – simbol yang diberikan ??? Ketika mampu menangkap dan merespon dengan baik maka akan memberikan dampak positif bagi perempuan dan alam, tidak menjadi korban atas dominasi manusia.

*teruntuk ibu bumi yang berulang tahun pada 21 & 22 April lalu, maafkan saya manusia yang tidak tahu malu terus meminta disediakan banyak hal tanpa pernah memberikan yang terbaik bagimu. Mohon maaf lahir dan batin.

Sumber :
https://www.nu.or.id/daerah/dampak-proyek-tambang-ancam-masa-depan-perempuan-wadas-pNX8W
Brizendine, L. (2006). The female brain. New York: Morgan Road Books.

Perempuan dan Lingkungan: Memahami Bumi sebagai Kerahiman; Suatu Upaya untuk Kembali Pulang ke Rahim Ibu Pertiwi

Show More

Aula Nuraini

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button