KOSMETIK (KECANTIKAN DAN KETAMPANANMU MELUKAI ALAM)

Oleh : Muhammad Fahrudin*
Penggunaan kosmetik Pada abad ke-16, penggunaan kosmetik telah menyebabkan meningkatnya permintaan produk kosmetik di kalangan masyarakat. Pertengahan abad ke-20, kosmetik telah digunakan secara meluas hampir oleh semua wanita di negara-negara di seluruh dunia. produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai berinovasi pada produk kosmetik untuk pria dan anak-anak.
Pasar kapitalis yang telah mampu menaklukan masyarakat modern saat ini salah satunya ialah perusahaan-perusahaan penghasil produk kosmetik dan klinik kecantikan/ketampanan. Kehadiran perusahaan tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat kota maupun masyarakat desa, terutama pada pola konsumen dan perubahan gaya hidup. Perubahan pola konsumen ini merupakan konsekuensi logis dari tuntutan kehidupan yang dipicu oleh hadirnya pasar yang menyediakan sarana perbelanjaan masyarakat modern khususnya kehadiran produk kosmetik dan klinik kecantikan.
Rata-rata, kemasan kosmetik seperti membeli produk kosmetik sekali pakai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebanyakan limbah produk kosmetik berasal dari penggunaan harian seperti campuran butiran halus, cotton bud, tisu basah, butiran glitter dan botol plastik kosmetik, lipstik, bedak atau blush on terbuat dari plastik. Kita ketahui, plastik merupakan bahan yang sulit untuk terurai.
Perkembangan inovasi kosmetik tidak diseimbangkan dengan akibat dari apa yang dihasilkan dari inovasi tersebut. Penyumbang alat kosmetik menjadi sampah, saat sudah tidak memakainya lagi. Penyianyiaan terhadap barang itu pun masih tinggi yang membuat banyak penumpukan sampah belum terurai. Peningkatan produksi sampah pun menjadi permasalah global karena beberapa jenis sampah kosmetik sulit untuk di urai terutama sampah plastik botol kosmetik sekali pakai. Dalam Penelitian yang dilakukan Profesor Richard Thompson menunjukkan, plastik ditemukan pada sepertiga dari ikan yang ditangkap di Inggris Raya. menurut Farrelly, sering dianggap tidak berbahaya. Padahal, glitter kebanyakan terbuat dari alumunium dan plastik yang disebut PET. Zat tersebut bisa pecah, terurai dan mengeluarkan zat kimia yang bisa menggangu hormon dalam tubuh manusia dan hewan.
*Bidang Eco School Komite Nasional kader Hijau Muhammadiyah dan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Adibuana Surabaya.