Opini
Trending

Menjadi Kader Hijau Muhammadiyah

Oleh David Efendi*

Dua dekade terakhir ini planet bumi digambarkan sedang meranggas, terbakar, dan kiamat sebagai narasi betapa kerusakan demi kerusakan di berbagai rongga bumi mengalami akselerasi akibat ulah tangan manusia beserta gerak ekstraktifnya. Dapat disaksikan di mana hutan terbesar sebagai paru-paru bumi semakin ludes sulit terbayang dapat kembali sebagaimana sedia kala.

Tercatat selama 2020, menurut laporan terbaru World Research Institute (WRI) dan Global Forest Watch. dunia kehilangan 12,2 juta hektar tutupan pohon di daerah tropis. Data yang dihimpun University of Maryland ini mencatat sekitar 4,2 juta hektar atau seluas negara Belanda, merupakan hutan primer tropis penyimpanan karbon dan keragaman hayati. Indonesia, termasuk negara keempat kehilangan hutan tropis paling banyak setelah Brazil, Kongo dan Bolivia. Deforestasi untuk komoditas tertentu jadi pemicu kehilangan tutupan hutan baik primer maupun tropis sekunder, di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Di lautan, kerusakan juga kian sempurna sebagaimana yang ditunjukkan film dokumentar seaspiracy yang dilaunching beberapa bulan lalu.

Area lokasi yang sedang mengalami krisis di hutan Amazon, di Indonesia, di Australia hutan-hutan berubah menjadi ladang industri uang tumbuh (money growth) dalam bentuk korporasi-korporasi berkedok ramah lingkungan maupun yang terang-benderang sebagai gerak kapitalisme perusak web of life. Sebagaimana diketahui, kerusakan-kerusakan itu didokumentasikan dengan baik oleh beragam jurnalis, ahli dan ilmuwan di belahan bumi manapun yang menunjukkan krisis kapitalisme yang terlalu over dosis dalam memperlakukan dan memandang alam semesta sebagai harta yang bisa diperas tanpa batas yang kemudian menjadi wabah the common tragedy, tragedi massal termasuk kepada yang tak berdosa secara ekologis.

Semua mata melihat dan merasakan, pelan-pelan bumi dengan segala kelimpahan berkahnya tersisa tinggal menjadi kutukan untuk semua khususnya bagi kelompok negara miskin dan kaum papa paling sesak menanggung beban derita hidup tak berkesudahan.

Dari Krisis Moralitas ke Krisis Identitas

Pelan tapi pasti. Hamparan bumi dengan manusia penganut agama-agama Samawi juga merefleksikan absennya peran agama di dalam menanggulangi problem sengketa lingkungan hidup, problema kapitalisme ektraktif kepada alam semesta dua dekade terakhir ini menjadikan berbagai macam agama terus-menerus mendayagunakan teologinya untuk ingin terlibat di dalam menanggulangi krisis bumi. Sebagian berakhir pada retorika sebagian kecil masuk ke dunia advokasi yang berjalan seperti revolusi semut. Sebagian lingkar agama itu tergabung dalam kelompok Katolik, kelompok Islam, Kristen, Budha, dan sebagainya yang melibatkan diri dalam satu kekuatan kekuatan aliansi lintas negara dan berusaha bekerja dalam ranah edukatif, advokasi dan reflektif. Salah satu movement itu adalah greenfaith yang bulan depan akan menyelenggarakan protest secara global.

Kondisi beratnya perkara krisis bumi ini penulis berargumen dari beragam bacaan yang dapat disebut sebagai krisis peradaban yang dimulai dari krisis imajinasi hidup lestari, krisis spiritualitas karena tak mengindahkan ciptaan tuhan, dan krisis moralitas politik karena ambisi kekuasaan kapital, sampai pada akhirnya manusia dalam skala nation-state kehilangan identitas ekologisnya. Identitas ekologis adalah rasa terima kasih bahwa bumi memberinya kelahiran, membesarkan, menumbuh kembangkan dan menghidupkan kembali.

Cara membangun kesadaran ekologi dengan memperlihatkan situasi krisis dan kedaruratan kejahatan lingkungan dengan data-data tentang tenggelamnya permukaan bumi dan tenggelamnya hutan atau hilangnya peradaban hutan sering juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Hal ini justru terjadi di negara-negara dengan mayoritas Islam seperti di Indonesia. Ada banyak aktifis lingkungan telah lama berjibaku menanggulangi krisis tapi nyatanya beragam persoalan juga tetap terus-menerus berjalan seolah-olah gerak moral ekologi dan gerak moral ekonomi tidak bisa disatupadukan, keduanya saling bercerai dan konflik satu dengan lainnya. Negara dalam memfasilitasi upaya mengejar kesejahteraan ekonomi seringkali menormalkan untuk bertabrakan dengan konsep kelestarian hidup.
Menyikapan krisis di atas, perlu sekali saya sampaikan bagaimana respon komunitas-komunitas agama di Indonesia salah satunya ada komunitas yang ada di dalam Muhammadiyah yaitu kader hijau Muhammadiyah sebagai salah satu upaya menumbuhkan spirit kebangkitan islamic environmentalism di Nusantara.

Kader Hijau Muhammadiyah atau disingkat KHM lahir dua tahun lalu dengan visi gerakan pendidikan, ekoliterasi, dan gerakan advokasi untuk terus-menerus memperjuangkan hak-hak alam yang ditopang oleh spirit nilai-nilai teologis sehingga dakwah di bidang lingkungan merupakan sebuah kemuliaan yang diganjar juga sebuah bentuk jihad. Jihad artinya sungguh-sungguh dengan mendayagunakan sumber energi terbaiknya untuk mengupayakan perubahan dan atau mempertahankan keseimbangan lingkungan hidup.Jihad memiliki orientasi akhirnya akan memperoleh kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Dalam website resmi Kader Hijau Muhammadiyah (kaderhijaumu.id) disebutkan fokus programnya adalah antara lain untuk melakukan pendidikan lingkungan kepada entitas warga Muhammadiyah khususnya pelajar dan anak muda agar dapat terlibat aktif di dalam membangun pemahaman dan memajukan pengetahuan dalam konteks untuk membela lingkungan secara sistematis.

Keberadaan kader hijau Muhammadiyahmerupakan bagian dari panggilan takdir untuk mengarusutamakan isu lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab moral spiritual dan moral intelektual serta moral politik yang disandang oleh organisasi islam modern terbesar ini. Tanpa hadirnya keberpihakan terhadap lingkungan Muhammadiyah telah tercerabut dari akar intelektual yang seharusnya mengikuti jejak zaman, mengawal gerak persoalan aktual dan menunjukkan politik harapan disamping juga terus menerus memperlihatkan ancaman dan krisis ekologi.

Disadari oleh aktifis kader Hijau Muhammadiyah, bahwa pilihan gerakan modern dan berkemajuan bukan tanpa persolan dalam kacamata ekologi dalam. Agenda-agenda memasyaratkan teknologi dan membangun mega insfrasturktur dapat memarginalkan kepentingan alam dan menjadi penanda gerak antroposentrisme yang mematikan. Sikap moderat dalam dakwah lingkungan dinilai kurang pas oleh pegiat KHM di saat akselerasi krisis lingkungan sudah melebihi ambang batas toleransi. Diskursus ekologi pun makin nampak di grassroot di kalangan kaum muda Muhammadiyah dengan kehadiran KHM ini.

Intelektual, Inklusif, dan Grassroot

Kaum muda adalah penanda gerakan KHM. Kaum muda artinya anti kemapanan dan keberanian berbenturan dengan realitas. Sampai hari ini setidaknya ada 20 Komite Daerah (kabupaten, propinsi, komunitas) tersebar di tujuh (7) propinsi di Indonesia. Satu ada di Malaysia. Selain itu karakter kader hijau Muhammadiyah ada empat segi. Pertama adalah sebagai gerakan kultural atau sebagai gerakan kebudayaan yang ingin membayangkan dan memperjuangkan sebuah peradaban yang ramah lingkungan sebuah peradaban eko-stawardship yaitu kehidupan dengan hadirnya keseimbangan antara kebutuhan manusiawi dengan kebutuhan alami (ekologi). KHM, meminjam istilah Syahrul Ramadan, bukanlah ortom dengan segala formalitas dan birokrasinya.’

Karakter kedua adalah watak inklusif. Walaupun namanya itu tersurat embel-embel Muhammadiyah tetapi sesungguhnya kader, penggerak, dan simpatisan di dalamnya tidak melulu berasal dari entitas anggota Muhammadiyah. Siapapun bisa menjadi penggerak KHM. Siapa saja dapat berkontribusi dengan cara yang berbeda-beda secara proporsional untuk memajukan gerakan lingkungan.

Ketiga, karakter berikutnya adalah intelektual. Di dalam gerakan lingkungan, KHM mengedepankan basis pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya komprehensif dan selalu mendorong pengilmuan kadernya untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai berbagai macam persoalan lingkungan sehingga tidak gampang termakan hoax yang nanti pada akhirnya akan mengurangi kredibilitas kader hijau Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini kemudian yang mendorong intensiftnya diskusi atau sinau bareng bersama beragam aktifis lingkungan senior seperti yang ada di Jatam, Walhi, MLH, Greenfaith, aktifis gerakan sedekah sampah, Sajogyo, dan beragam akademisi-aktifis lainnya.

Terakhir, Karakter KHM adalah grassroot-based. Setting mulanya gerakan ini tidak elitis. Sebagai bagian dari gerakan yang berakar dalam tradisi Muhammadiyah maka KHM adalah sebuah gerakan komunitas pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal ekologi Muhammadiyah. KHM yang mualaf ekologi tentu saja sangat diilhami oleh keterlibatan Muhammadiyah pada perkara lingkungan dua dekade terakhir ini di mana Muhammadiyah sendiri telah mendeklarasikan keterlibatannya di dalam mendorong aktifisme lingkungan, meradikalisasi isu ketahanan pangan, kebencanaan, dan proteksi terhadap alam semesta dengan melembagakan sebuah majelis lingkungan.

Dalam imajinasi progresif, majelis ini merupakan majelis yang mampu merespon secara pro-aktif dan progresif dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah, mencegah negara melakukan ekosida, dan dalam marwah nahi munkar Muhammadiyah tidak menormalkan kejahatan-kejahatan terhadap lingkungan hidup baik oleg gerak ekonomi ekstraktif pasar atau pemerintah. Muhammadiyah yang tidak bisa berdiri sebagai simbol peradaban tanpa terlibat aktif menciptakan ekosistem lingkungan hidup yang dalam keseimbangan ( mizan). Iklim dakwah berkemajuan itu bisa menapaki jejak nya di dalam nusantara yang indah panoramanya, sejuk, asri dan kaya sumber daya yang harus dilindungi untuk generasi mendatang.

Peradaban Ekologis

Muhammadiyah dengan simbol hijau itu sebagaimana surga yang digambarkan warnanya hijau yang melambangkan kesuburan dan kedamaian maka imajanasi atau visi Muhammadiyah akan kedamaian dan kesejahteraan adalah ekspresi surgawi sehingga ekologi di Muhammadiyah adalah ekologi yang mendamaikan, ekologi yang bisa memotivasi antara kepentingan sektoral parsial menjadi sebuah kepentingan yang lebih futuristik, lebih berkebudayaan lingkungan dan berwawasan masa depan (lestari). Keseimbangan antara hasrat mengejar kesejahteraan dan kelestarian adalah bentuk moderatisme Muhammadiyah yang layak dijadikan identitas hari ini.

Hal itu merupakan bentuk wajah sebuah visi peradaban ekologis dari Muhammadiyah. Pun demikian, narasi di atas harus menjadi penciri dan penanda khas gerakan kader hijau Muhammadiyah di mana sang surya (matahari) adalah simbol energi terbarukan, simbol energi yang tidak menghasilkan nol emisi, tidak memproduksi residu untuk dibandingkan dengan gerak oligarki-kapitalistik atau “kapitalisme rampok” yang seringkali mengundang beragam bentuk kiamat yang sistematis, massif, dan terstruktur kepada alam semesta(termasuk manusia).

Kerusakan-kerusakan yang sempurna pada ekologi hari ini menjadikan penting untuk memberi kredit pada gerakan kaum muda seperti kader hijau muhammadiyah dan ribuan komunitas lainnya di dunia. Saban hari drama kerusakan lingkungan di atas bumi ini terus menerus menghantui seolah bumi ini disulap menjadi neraka di dunia. Think Globally, Act Locally dengan spirit teologi pembebasan adalah politik harapan (politics of hopes) sekaligus peluang besar bagi KHM untuk terus-menerus menyuarakan moral ekologinya sebagai kekuatan yang menyejarah, sebagai kekuatan materialisme al maun yang membela kemanusiaan sekaligus membela kealaman (ekososial).

Kader Hijau Muhammadiyah adalah sebuah ikhtiar untuk mendarutkan krisis ekologi sekaligus hendak berkampanye serius bahwa bumi yang lestari adalah harapan. Kita yakin bisa berdampak. Maukah kamu bergabung menjadi kader Hijau Muhammadiyah?

*Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

Dipublikasi ulang dari kumparan.com dengan ijin penulis.

Show More

David Efendi

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button