Opini

Muhammadiyah Berharap Kerjasama dengan Tambang Emas: Ada Apa dengan Ayahanda?

Sebuah otokritik terhadap rencana PP Muhammadiyah Menggandeng Investor Tambang Emas

kaderhijaumu.id (18/07). Pada hari Kamis (13/07) pukul 21.37 WIB, WhatsApp Group (WAG) Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) tiba-tiba ramai selepas ada kiriman berita begini, “Terima Kunjungan Investor, Muhammadiyah Berpeluang Kerja Sama Pertambangan Emas”. Sebuah judul berita yang dirilis oleh situs resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang beralamat URL muhammadiyah.or.id.

Penulis sendiri mendapat informasi tersebut ketika salah seorang anggota WAG Pemuda Muhammadiyah Trenggalek membagi tautan berita beserta caption-nya begini,

“Saat Pemuda Muhammadiyah Trenggalek sedang berjuang mengusir investor tambang emas di Trenggalek, PP Muhammadiyah malah menyambut calon investor tambang emas lainnya”.

Ini sungguh tidak elok. Di saat hidup sedang sulit-sulitnya begini, terlebih yang menyambut mesra kedatangan investor dan mengharapkan kerjasama tersebut adalah salah satu pimpinan Muhammadiyah, yang selanjutnya dipanggil ayahanda oleh kaum muda clinthisan seperti penulis ini.

Lebih tepatnya ayahanda Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag., seorang Muhammadiyah tulen yang rekam jejaknya tak pernah gentar memperjuangkan keadilan, sepak terjang salah satu ayahanda di Muhammadiyah yang banyak sekali menginspirasi penulis, terutama soal sikap tegasnya yang tak pandang bulu.

Namun, kali ini ada “bulu” yang sepertinya luput untuk disimak lebih cermat oleh ayahanda Anwar, atau mungkin terlalu disimak sehingga kepincut ketika bulunya bergerak. Bulu ini bernama Chenxi Chengetai Investments, sebuah perusahaan investasi global yang saat ini memiliki enam tambang emas di Zimbabwe dan empat tambang emas di Myanmar.

Nyaris, KHM yang notabene berisi anak-anak muda “kurang beradab” lagi miskin etika ini menjadi bergetar hati nuraninya—mengingat nyatanya daya rusak bisnis ekstraktif tersebut—menyeruak mendahului akal sehatnya untuk menjadi responsif.

Bukan tanpa alasan, memang selama ini KHM solid membicarakan soal perlindungan lingkungan dan aktif mengadvokasi soal “kejahatan yang mengatasnamakan negara” terhadap orang-orang yang berjuang melindungi ruang hidupnya dari kerakusan kapitalisme. Sebut saja soal kriminalisasi Budi Pego atas tuduhan komunisme kepadanya, hanya karena ingin melindungi ruang hidupnya. Atau soal rencana tambang emas di Trenggalek yang mengancam 9 dari 14 kecamatan di Kabupaten Trenggalek.

Lantas, KHM, sebagai kader muda peduli lingkungan yang sampai saat ini tidak mengafiliasikan diri sebagai salah satu ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, seperti mendapat cambukan di mukanya. Setelah beberapa saat—dalam kurun waktu yang cukup lama—menyuarakan penolakan tambang emas di berbagai daerah dengan mengatasnamakan Muhammadiyah—saking cintanya dengan organisasi besutan Kyai Ahmad Dahlan—namun Pimpinan Pusatnya malah menerima tamu investor tambang emas dan berharap bisa kerjasama.

Penulis sendiri selaku salah satu warga Trenggalek merasa ngilu, seperti menelan besi panas ketika membacanya. Bagaimanapun, penulis pernah menjadi bagian dalam Aliansi Rakyat Trenggalek yang berisi 25 organisasi lokal dan nasional untuk menghalau PT. SMN yang berencana membuat Trenggalek jadi hamparan kubangan tambang emas.

Sikap Ksatria Muhammadiyah Sebelumnya

Berbeda dengan ayahanda Busyro Muqoddas, yang juga selaku salah satu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada bulan September 2022 telah sambang ke Kabupaten Trenggalek (25/10/2022). Saat itu beliau menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM, dan Kebijakan Publik. Kedatangan beliau yang dalam rangka Pendidikan Politik, Hukum dan HAM, untuk Keadilan Lingkungan Kabupaten Trenggalek merupakan bentuk dukungan dalam perjuangan penolakan tambang emas. Beliau hadir bersama tim LHKP PP Muhammadiyah.

Bukan main senangnya penulis, KHM dan organisasi lainnya saat dukungan dari PP tersebut hadir di saat yang sangat dibutuhkan. Menjadi angin segar bagi pergerakan masyarakat lokal untuk meneruskan suara penolakan tambang emas Trenggalek hingga level nasional.

Toh, meski gerakan di Trenggalek telah didukung oleh NGO seperti WALHI dan JATAM, tapi didukung Muhammadiyah yang notabene adalah ayahanda, rasanya sangat senang, merasa seperti dibombong dan disemangati dalam perjuangan di jalan yang benar.

Tak cuma itu, berkat sikap kesatria dan welas asih “orang pusat” tersebut, Aliansi Rakyat Trenggalek (ART) diberikan fasilitas untuk ke Jakarta, menemui tiga kementerian yang terpaut sangkut akan rencana tambang emas di Trenggalek, yakni Kementerian ATR-BPN, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian ESDM. Bahkan, gedung dakwah PP Muhammadiyah di Jakarta, diizinkan untuk dipakai sebagai basecamp ART selama 3 hari. Selama itu pula, akomodasi 40-an orang ditanggung oleh Muhammadiyah.

Tak berhenti soal akomodasi, Muhammadiyah juga melayangkan surat kepada Presiden Jokowi yang isinya adalah meminta Jokowi untuk memerintahkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencabut izin usaha pertambangan tersebut.

“Kami secara resmi menerbitkan surat kepada presiden untuk bisa melakukan langkah-langkah yang serius. Dan surat itu sudah kita kirim,” kata Busyro dalam konferensi pers bersama WALHI, Selasa (25/10/2022, cnnindonesia.com).

Surat itu sekaligus sebagai respons dari permintaan Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, yang tidak digubris oleh ESDM. Bupati Trenggalek meminta agar izin perusahaan emas itu dicabut.

Apa yang dilakukan oleh Ayahanda Busyro Muqoddas tentu saja atas nama Muhammadiyah. Sikapnya berhasil menembus relung jiwa Kader Hijau Muhammadiyah dan menimbulkan respect berkelanjutan.

Intinya “ada sosok ayah yang bisa dijadikan teladan untuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan”, sesuai dengan cita-cita KHM yang kemungkinan terbentuk karena mengalami kejengahan atas sikap “lelet dan acuh” orang-orang struktural dalam menyikapi kejahatan lingkungan.

Maka tak heran apabila Yayum Kumai, di situs kaderhijaumu.id membuat tulisan berjudul “SAYA KECEWA, Sikap Muhammadiyah ingin kerjasama dengan Korporasi Tambang Emas” pasca berita tentang ayahanda Anwar Abbas berkeliaran di WAG KHM, terlebih ayahanda juga mewakili PP Muhammadiyah. Tulisan tersebut telah diamini Kader Hijau Muhammadiyah, seperti telah mewakili suara hati masing-masing kader.

Menghakimi Muhammadiyah secara berlebihan karena telah mengambil sikap hendak bekerjasama dengan investor tambang emas memang bukan hal bijaksana. Tapi dalam pandangan kaum muda seperti saya—yang jauh-jauh hari telah dicap sebagai kaum “tak beradab” dan “tak beretika”—sebuah sikap individu yang belum diputuskan oleh persyarikatan lantas diatasnamakan Muhammadiyah, sepertinya itu terlalu berlebihan lagi sembrono. Di tengah jeritan masyarakat lokal atas ancaman daya rusak tambang emas, selama ini kemana saja, ayahanda? (IP)

Oleh: Trigus, Kader Hijau Muhammadiyah Trenggalek

Show More

Kader Hijau Muhammadiyah

Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) | Platform Gerakan Alternatif Kader Muda Muhammadiyah dalam Merespon Isu Sosial-Ekologis #SalamLestari #HijauBerseri

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button